Abstrak | : Penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10 penyakit dengan penderita
terbanyak di Indonesia. Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme
penyebab utama karies gigi. Umumnya, orang menggunakan klorheksidin untuk
menjaga kebersihan mulut. Penggunaan klorheksidin dalam obat kumur memiliki
efek samping seperti pewarnaan pada gigi dan lidah, pengurangan sensasi rasa
pada lidah, dan bahaya alkohol di dalamnya yang dapat menyebabkan kanker.
Salah satu bahan alami yang bermanfaat sebagai antibakteri adalah kulit jeruk
nipis (Citrus aurantifolia). Ekstrak kulit tersebut memiliki kandungan utama
flavonoid dan tanin yang merupakan senyawa polifenol terbesar sebagai
antibakteri. Formulasi obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
bertujuan untuk mengetahui formulasi terbaik dan efektivitas ekstrak tersebut
dalam membunuh bakteri Streptococcus mutans. Ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) yang diformulasikan menjadi sediaan obat kumur divariasikan dalam
konsentrasi ekstrak 1%, 3%, dan 5%. Selanjutnya, dilakukan pengujian sediaan
yang meliputi uji organoleptik, uji pH, uji viskositas dan uji aktivitas antibakteri
terhadap Streptococcus mutans. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) dapat diformulasikan menjadi sediaan obat kumur dan
memenuhi persyaratan uji fisik pada pH, uji viskositas, dan uji organoleptik untuk
kejernihan dan warna. Terdapat perbedaan aktivitas antibakteri terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans pada sediaan obat kumur dengan variasi
konsentrasi ekstrak dan besar zona bening yaitu formula 1 konsentrasi 1% sebesar
0.75 mm, formula 2 konsentrasi 3% sebesar 4 mm, dan formula 3 konsentrasi 5%
sebesar 6 mm sebagai formulasi obat kumur terbaik yang dapat digunakan untuk
menghambat bakteri Streptococcus mutans karena kandungan flavonoid, alkaloid,
dan tanin sebagai antibakteri.
Kata Kunci: kulit jeruk nipis, Strepcoccus mutans, obat kumur |